replika

replika
it's my mind

Senin, 20 Desember 2010

sedikit tentang hari ini

ini usiaku, hanya aku yang pahami
tahu ini untuk pertama kalinya dalam hidup, saya menantikan datangnya tanggal ini
tanggal dimana untuk pertama kalinya saya diperkenalkan jadi bagian dari koloni manusia.
sebuah koloni yang dikonstruksi sebagai mahkluk paling bernalar dan berakal
tahun ini memang sedikit berbeda, entah dimana letaknya
tapi saya bisa merasakan itu.
saya tidak lagi takut dengan datangnya tanggal 21 Desember
saya lebih realistis menghadapinya bukan sebagai tekanan tetapi lebih sebagai doa banyak orang kepada saya.
entah apakah yang disebut dengan doa itu, tapi semua orang mempercayai kekuatannya
salah jika saya pernah mengacuhkannya disudut paling tak terjamah nurani ini.
usia ini telah mematangkan saya, mengajak saya membedah hari dengan segala isi perutnya.
harapan saya diusia ini adalah meneruskan obsesi yang sempat tertunda dan mewujudkannya jadi hadiah buat orang-orang yang saya sayangi
terima kasih untuk Dia yang telah memberikan kehidupan kepada saya
terima kasih karena telah mengizinkan saya merasakan apa yang semestina dirasakan.
inilah bonus dalam hidup, bonus dimana pada tiap tahunnya kita diberi kesempatan untuk dapat merekap eksistensi apa saja yang telah kita lakukan sebagai bagian dari koloni terbesar di muka bumi ini.
satu hal yang saya inginkan
"saya suka menulis dan ingin terus menulis"

Sabtu, 28 Agustus 2010

Anggrek Hitam ku

pada saat yg tak diduga, aq bertemu dengan lelaki itu
seseorang yang merdeka dalam hidupnya sendiri
seseorang yang hari-harinya tak teralienasi oleh apapun
begitu pula dengan keluarganya..
mereka begitu sederhana dan bahagia
mereka yang mengkonstruksi hidupnya
bukan hidup yang mengkonstruksi mereka

aq gusar
bergurat kagum dengan kiloan rasa heran..
dunia mereka terasa begitu rindang
teduh dan riang

inikah kebebasan itu
sebuah konsep Marx yang dirasa fiktif bagi banyak orang
aq ingin belajar dari keluarga itu
mereka bukan pemalas
mereka pekerja keras
dan mereka berhasil mnembus makna kebebasan

tak ada yang menuntut mereka
bahkan mereka punya halaman tebal berisi pengalaman dalam diary perjalanan kisahnya
asal mereka mau, tempat sejauh apapun bisa mereka datangi
hari ini, besok, lusa...

sambil tak lupa menyajikan tawa segar yg menghipnotis aq tuk masuk dalam cara berpikir mereka

mereka memang memiliki sesuatu itu
sesuatu yanng bahkan tak dimiliki oleh tuan2 yang uangnya tertata rapi di brankas bank
atau mereka yang bergelar doktor sekalipun
entah konsep apa yang dimiliki keluarga ini
seakan waktu dan uang terlihat begitu biasa di rumah itu

keluarga itu bagai anggrek hitam yang anggun
jika boleh, biar ku petik anggrek hitam itu

aq begitu mengagumi keluarga itu
namun, suara disekelilingku bilang itu salah
bukankah yang salah itu adalah mereka yang terlalu cinta dg materi
hingga mereka tak sadar klo hidupnya hanya jadi budak dari materi..

Senin, 26 Juli 2010

ungkapan t o l o l

Darah berdesir senuansa dengan nafsu manusia
Tapi menangis takkan membuat aliran darahmu membeludak tenang
Tanya pada tepi-tepi jari mu
Orang suci itu bukannya tak ada tapi hanya tak mungkin menghampiri sebuah logika
Matilah manusia yang hanya hidup dengan logika konvensionalnya saja
Serapuh kecupan seorang ibu pada mayat anaknya yang terbujur membeku
Aku manusia yang paling pesimis dalam kehidupan
Lebih baik menyerah sebelum perang ketimbang harus mati dalam kekalahan
Aku tak menemukan duniaku dalam masa ini
Sepertinya aku sedang dipermainkan oleh waktu
Aku seperti kotoran yang tergeletak tanpa prinsip, hanya bisa mengikuti riak sungai dan terhanyut dalam tolol
Harus dimana kutemui kehidupanku yang nyata
Aku lelah hidup dalam awang- awang semu
Obsesiku hanyalah topeng dari ketakutan yang teramat sangat untuk menghadapi nyata
Kapankah aku bisa merobek topeng yang berat ini
Lelah bernegosiasi dengan teks kehidupan
Meliuk-liuk bak alunan piano Bethoven dalam symponi ketersiksaannya

Kunang Kunang Siang

Di akhir Maret, aku benar-benar merasa dangkal
Otak, elegy, serta seluruh elemen dalam duniaku terampas oleh kunang-kunang siang
Kuhabiskan 12 jam hanya untuk melihat kunang-kunang itu bercahaya ditepi terang
Padahal hanya kelamnya malam yang punya kuasa tuk nikmati neon-neon bersayap Andromeda itu
Inilah maret ku..yang penuh kelinglungan

26 Maret 2010
Mulai nyaman dengan detik-detik di ruang ini
Rasanya ingin kupeluk sepi sampai lusa tiba

Jika ‘bodoh’ itu berwujud
Mungkin wujudnya menyerupai aku disaat ini

Mengungkapkan tak semudah menulis
Jika yang ku tulis salah,
Masih bisa dihapus
Tetapi ketika yang kuungkapkan salah
Aku tak tau cara menghapusnya


Murung itu akrab denganku
Sampai-sampai dia tak rela
Ketika aku menemukan tawa

Aku tak dapat membaca
Hujan yang ciptakan kilatan disiang bolong
Mungkin karna itu
Ku juga tak dapat nikmati setiap tetes rintiknya
yang kata orang menyejukan hati

Sebenarnya untuk apa ada aku
dihari ini
untuk mengotak-atik emosi kah??
Atau untuk membuang waktu percuma
di pojok kota yg tak ku kenal??


Seperti ada yang bermain dengan gelisah
Semestinya aku lebih peka
Ketimbang menganyam ego dengan diri sendiri


Ajari aku cara bertanya ??
Beton-beton ini mulai muak
melihat ku disini
Caranya memandangku
memaksa pijakku beralih
kesiku lain dari bagiannya
Tapi aku terlalu bebal
sehingga masih tetap ingin merajuk kalah di tempat ini
Atau memang karna ku tak tau lagi kemana ku harus pergi?

Aku tidak akan mengemis
sekotak permen
Hanya demi segenggam harap
yang tlah terlewatkan

Takkan ada penjelasan
dari sebuah diam
Ketika pagi itu tak dapat
merebahkan kelamnya padaku
itu menjelaskan bahwa aku belum bisa
jadi mentari yang menghangatkannya

Belum mau menyerah pada sore..!!

Tak mau tau bukan berarti tak peduli
Aku hanya tidak ingin bermusuhan
dengan yang namanya privasi

Hanya mereka yang berpikir
yang tau kebenaran

Berhenti berharap pada keragu-raguan

Tak jua kujemput neon itu
bertengger di roda kayu
bilakah aku jadi malu
Kunang-kunang siang menjahili ku

Cintaku tak sehebat batang-batang kretekmu


Sore ini kita menguntai janji tuk saling melepas resah jiwa dalam dahaga rindu
Tetapi semua terhempas oleh kegalauan yang jadi ego mu dihari itu
Ego yang selalu menyudutkanku
Kulihat rona lelah penuh masalah dalam garis matamu
Rasanya ingin kuterobos gundah yang menjadi mendung dalam cerahmu
Ingin ku balut seluruh keluhmu
Membiarkan kau bersandar dalam dekap lenganku yang tak terlalu lapang
Tapi emosi menahan elegiku tuk bertarung dalam batas-batas tawar ini
Aku merasa marah, ketika tiba-tiba murammu menghampiri senyum sapa ku
Kau juga marah, ketika diamku tak menjawab beban-beban otakmu
Sore itu..ku tak melihat kau yang kukenal dulu
Kau duduk terdiam disudut palataran rumahku sambil menikmati batang-batang kretek yang menjadi tumpahan misterimu
Abunya terjatuh dan menertawakanku
Tertawa karena hanya dia yang dapat menembus resah jiwamu
Cintaku dikalahkan batang-batang kretek itu
Akankah kau selalu begitu
Menyimpan sesalmu dalam murung yang tak terjangkaukan
Aku lelah berdiri disampingmu yang itu
Bisakah ku minta KAU lelaki yang pertama kali kukenal dulu
Mungkin cintaku memang tak sehebat batang-batang kretekmu.

28 April 2010

surat untuk Oscarsandinov

tadi malam aku mengunjungi meja kerja yang jadi tumpahan kerasmu
kuselipkan garpu merah muda dalam amplop tirani yang tergeletak kaku mencemburuiku
ku rasa kau telah mengerti apa yang ingin ku sampaikan
klise saja..
tentang kemelut yang sering kita debatkan ditiap sorenya
mengenai urat saraf kita yang mulai menemui fatalnya
aku ingin kembali mengencanimu
menyusuri romansa kita yang sempat tercecer diremang kota Batavia
merasakan lagi gelitik senjata yang terkeker lembut tepat didahimu
mengacungkan parang kayu dan mengalahkan Gatot Kaca
Oscar...
aku ingin kau kembali melantur bersamaku
duduk berdua diarena sirkus sambil menjalankan pion-pion kecil kita
berkhayal menjadi Rama dan Dewi Sinta
aku ingin kita kembali bebas memburu seperti dulu
bukan seperti laba-laba yang terjebak jaring ibunya
namun ketika kau tetap acuh dan tak mau beranjak dari posisimu
relakan aku jadi racun bagimu saja..
yang mungkin melumpuhkamu dalam sakit kemudian melenyapkanmu dengan perlahannya..
Oscar...
mau kah kau kembali menganyam dunia bersamaku


"potongan isi dari sebuah cerita besar_ruangobsesi2010"

Juni yang kering

jika saja kau paham dengan intuisi ini

menyelam lah dalam riak ku
duduk bersama sambil meyeruput kecut kehidupan
awas jangan terlalu dalam..!!!
nanti bisa terkubur dalam nelangsanya
ekspresinya payau menggerumini keras
terpatri kelopak anggrek yang tak lagi bulan

mungkin inilah tanggal merah ku
ketika ku beri tanda dan dia menandai ku
sempat ku bertanya pada kaki meja yg jadi setir getir ini
dia hanya terdiam sambil sesekali mengayunkan lentera yg sedikit menjadi panah dlm hitam ini

sesaat ketika kau menoleh dan dia tlah lenyap
jgn marahi aku lagi
aku telah mengirimkan sedikit isyarat dalam keluh palsuku
berhenti menjadi dingin yang berkepanjangan
karna hanya akan kau jumpai ranting pohon dan kelaparan
seperti yang menjegatku di jalan ini....

Selasa, 20 April 2010

PEREMPUAN

Panggil kami perempuan
Kami tak butuh celotehmu yang itu
Omongan gombal dari bau mulut busukmu
Telinga kami sudah kebal
s.u.d.a.h k.e.b.a.l
berhenti menatap kami dengan cibir pelacur
kami bukan boneka yang siap di setting dan diperintah
kalian semua sama
sama palsunya
menganggap kami sebagai barang dagangan dari etalase eksploitasi
jangan papah kami
kami bisa tegar berdiri di rimbunan penindasan yang kalian ciptakan
kan kami tunjukkan keibuan kami
sisi istimewa yang buat kami seribu kali lebih kuat ketimbang ruas-ruas otot patriarkimu
sebut kami perempuan
p.e.r.e.m.p.u.a.n
bukan mahkluk kelas dua ataupun budak produk kecantikan
kami berpikir
kami hidup
dan kami masih ada
lihat kami disini
meletakkan kembali hak serta kehormatan kami pada posisi semestinya

catatan kecil

Pikir ini tiba-tiba saja berserakan tak bertuan.
Seakan ingin bertanya pada aku yg satunya lagi..
Aku yg mungkin manusia
aku yg mungkin bertuhan
aku yg mungkin seorang anak
aku yg mungkin punya rasa dan logika
aku yg mungkin lebih realistis daripada aku yang saat ini tersudut disiku imaginatif kehidupan..
Sebenarnya untuk apa aku ada disini??
Untuk memenuhi hasrat-hasrat mereka kah?? atau sekedar menunggu kematian??? Aku benci kenyataan karena aku seperti robot didalamnya..
Aku ingin hidup dalam duniaku sendiri.. Dunia tolol yang hanya membuatku semakin terbuai dalam realita semu yang kuciptakan sendiri..
Mungkin aku ingin lari dari nyata
mungkin akulah sang pengecut
dan mungkin itulah aku..
Akulah sang pembosan
bosan dengan kenyataan yang memuakan..
Muak dengan tokoh-tokoh didalamnya yang ingin ku cekiki satu per satu...mungkin termasuk aku..haahaha
sudahlah..
Ini hanya catatan kecil dari otak fiktif seorang pembual besar...

"common sense"

pada penghabisan November ini, dia nikmati gulali merah senja di langit kota tua Jakarta
dari kejauhan meenjulang duet Yoni dan Lingga yang menancap gagah di ruang tengahnya, samar-samar menyeringis sumbang dengan gigi emas yang jadi kebanggaannya
dia sapu seluruh derunya, coba akrabkan emosi dengan wajah-wajah bulan ini
semakin dia nikmati degradasinya, semakin peluhnya berjatuhan bak serdadu kalah perang
Huaaah..
kalutnya cakrawala tak juga dapat membendung hitamnya sang dewi siang..!!
kulitnya makin legam..
GERSANG..
segersang kepalan nasi dibungkusan tangan pengemis tua
HAUS..
sehaus bocah-bocah tepian rel pada seragam putih merah dan buku PR matematikanya
rupanya tlah cukup lama dia duduk termangu dalam kacamata malang di kemegahan kota ini
tak ada pilihan
tergilas virus penderitaan atau berteman kumuh sambil menikmati kejahilan Tuhan atau mungkin inikah ampas dari kerakusan para predator kapitalis
rupanya keluh itu payah.
sepayah gerobak pedagang kaki lima yang tersungkur renyah disepatu tuan berseragam kemunafikan
ada kerut binal menyeeringai dalam arogansi sesosok dia,seperti penyesalan yang menyoloti hilafnya meninggalkan permainya kampung halaman

Ketika semua ingin ada yang salah

Ketika tak paham tapi ikut mengimani,

ketika lidah-lidah mulai belajar memfitnah,

ketika fakta ditukar nd diputar,

ketika titik itu menimpamu..

Apakah diam jawabannya???

ketika perlawanan dinilai tak pantas,

ketika mediasi dikatakan kekerasan,

ketika keadialan menuntut prinsipmu digadaikan

ya. .kurasa kalian memang ingin aku diam..

diam lalu tertindas, kemudian mati dlm kepura-puraan

dan ketika tekanan itu datang membrondongmu dg segala loyalitas khas cerita pewayangan..

masihkan Aku harus diam..??!!

_delita'10_

Minggu, 17 Januari 2010

Kisah Klise Masa Muda

Tak lagi ada cerita tentang biru, biru tlah lenyap tersapu kebisuan
Biru hanyalah sebentuk ilusi, ilusi yang ditempatkan terlalu dalam sehingga biru seakan dapat merona..
Biar ku lepas biru..!!
Selayang itu pula, takkan lagi ku biarkan ada jingga yang memudarkan seninnya dipelataran kampus tua,
jingga tlah melebur
bak toska2 kecil, mengintip dari balik punggung yg berlalu lalang..
Biar sang jinggapun terhapus
tersenyum dalam kesendirian
karna jingga takkan lagi membiru..

==slamat tinggal sang biru==

Ruang Obsesi

mengisolasi rasanya dalam gelap
setiap wajah yg datang dia jauhkan dari terang
menafikan nyata dalam fantasi seorang lelaki
terseok berat langkahnya dlm lelah keramaian kota
menanti sang lelaki balas sekotak elegi yg tak sempat tersampaikan
sisa obsesi yg racuni kekerdilan arahnya
nyatanya bodoh itu begitu indah..
'antara ruang obsesi dan rasionalitasnya'

Pencarian Sang Monyet

Dy berharap dpt mengunyah nasi layak'a manusia, berhenti meloncat kala dy lelah
dan
memerintahkan buku2 jemari'a tuk membuka lembaran dunia...
Si monyet tak juga pandai tp dy tak selicik manusia,
si monyet trus meraba hidup , mengeja tiap bait roda nasib'a..
dy tak ingin slalu mengoyak2 kandang ketika dy lapar,
dy tak pernah blg kl dy suka pisang tp tak da pilihan, manusia2 tu blg 'si monyet suka pisang' nd terpaksalah dy makan pisang,
si monyet hrz ttp menari-nari bermerk 'sarimin' saat dy sakit..
Si monyet ingin pny byk kawand tp dy adl seekor monyet yg mayoritas tmn'a juga adl monyet,
si monyet ingin berbincang bhkan memaki manusia tp suara'a hny terdengar oleh kulit-kulit pisang nd kacang yg berserakan d'muka kandang'a..
terkadang ingin dy potong ekor'a nd dy tukar dg setandan rasionalitas
kala malam,si monyet mencabuti bulu2'a agar kulit'a mulus layak'a manusia yg dy lihat di televisi..
Semakin hari si monyet semakin arogan, si monyet ingin jadi sang Pemberani
dan
dg segala keterbatasan'a si monyet memutuskan tuk pergi mencari jawab atas tanya'a..
si monyet ingin bertemu Sang Pencipta dan bertanya 'Sang Pencipta mengapa aku terlahir jadi si monyet' tp tanya itu tak pernah tersampaikan
si monyet habiskan remaja dewasa'a tuk bergumul dg kepasifan..
dan
si monyet itu bernama 'aku'

kanibalisme

Ga PUNYA DUIT..
NgeGEMBEL di kampus dan di jalan..
Biaya kuliah makin bikin KERE
foto copy tiap hari..
Nasi uduk ja mahal..
Jgn biarkan aku jadi SANTAPAN para predator kapitalis yg hidup dari memakan daging saudara'a sendiri..!!

PEJANTAN

terpaksa mengeja sudut lain kota ini ,
berdiri diatas tatap2 angkuh kemajemukan ,
lalu terseret frase dalam hilir petak2 ruang bersekat masiv ,
gemerlap kegelisahan mulai redap redupkan mekar tawanya..
Jangan robek gairahnya..!!
nyalakan lg bingar kreatifitasanya..!
Kan dy anyam kembali binar'a dlm balut kemandirian..
Hingga tersibak semak'a wahai pejantan..

kamuflase

merunduk takut,membisu tak mau tau
terperangkap dlm lingkar setan keabstrakan,
diperah pasrah..!
ditelanjangi malah mengabdi..!?
Sungguh dilema yg berdramatisasi,
kau terlena simbolik kesempurnaan
kau terkonstruksi intimisme kaum urban
kau jamahi labirin intelektual demi tutupi degradasi moral,
kau mengangguk saat cepu'freeport diperas rampas,
kau bertopeng pilu kala kelaparan memusim ditanah Papua,
Untuk kau yg bertuan candu kemunafikan,tetaplah jadi hamba2 kapitalis yg hina dlm pembodohan,
dan merdekalah kau dibawah kaki nista rezim pembudakan..

Sore di lembah kemunafikan

sudah terlalu sore tuk mengeluh dimana kami berdiri di dimensi ini,
lihatkah sekitar?!
Inilah nyata..!!
lembah kemunafikan,
diantara topeng2 beretika,
aroma busuk tlah lama terendus mulus bak prengus
inikah nyata!?
Simpanlah bangga itu, bungkus dalam buai posisi mu, karna kami takkan iri..
tak usah ditutupi
tak jua perlu naskah promosi
karna merahmu tlah membiru
kami bukan pendengki, apalagi penggila birokrasi,
kembangkan reputasi mu
biarkan tersirat tajam dalam binar lekuk palsumu wahai para penghuni sore..


== dari balik kelas ==

Kawan Muramku

Coba pejamkan mata ,
merajut ketiadaan
walau tlah terinjak tetap tersenyum tenang
sungguh pasrah yg sempurna..

Telah lama tertidur ,
enggan menatap kedepan
Lentera merah padam diujung pagi
nyaman berteman ketertinggalan..

Bangunlah kawan muram ku..!!

Rangkai kembali ruang obsesimu..

Biar mereka lihat seragam kusutmu..

Teriaklah.. hancurkan telinga bumi..

tuntaskan pelangimu..

sekulit ari

Berlogika menuai luka
berdialektika meraih duka
dia.. tak mau tersingkir dan mendebu
dia.. tak juga ingin menyeringai jadi bangkai
walau terkotak-kotak dalam antagonisme kelas
biarpun terseret arus hedonisme
disini..!!
Perjudian ideologi trus menghantui
disini..!!
Semua menari indah bagai akrilik dalam kanvas realita

Dimensi Kertas

Lembar melebar
hitam putih bereaksi

melipat terlipat
membentuk dimensi berorasi

kertas-kertas bertebaran
mengancam lewat kelamnya malam

jika dibakar kami kan lawan

anginkan bawa abu kami pada corengan wajahmu..

asap kami memberi tanda
memanggil kebenaran asli tragedi

mungkin tak hari ini

namun
helaian kami tlah menjalar melaju dan berakar...

cadelisme

masih saja Desember..
ketika marah menjadi tak terarah
ketika senyum tak lagi teduhkan lapar

selalu Desember
kala qu pintal remang jadi petang
kala qu gali penat dalam sesat

merasa jadi Desember
tempat bermuara
bermuram durja

mengapa harus Desember
melepas memori dipojok erotisme ini
aku bukan pemikir
bukan juga melankolia

Desember qu tak begitu cemerlang
namun tak qu biarkan dia lekas menghilang..

yang Bodoh mulai bertanya

Dosa memilih manusia, menunjuk siapa yang pantas mereguk nikmatnya surga dan siapa yang lacur terbakar direkahan neraka..
sesungguhnya..apakah yang di sebut dengan dosa???
mengapa dosa seakan memiliki kuasa lebih yang dengan seenaknya dapat mengendalikan manusia..
dan mengapa manusia percaya pada sebuah konsep abstrak yang disebut dosa..
diruang ini semua memang terlihat bodoh dan dangkal, oleh karena itu ruang ini dipenuhi banyak pertanyaan yang siapa tahu ada yang bersedia tuk menjawab..
kembali pada dosa..dalam ruang ini,dosa dipahami sebagai suatu konsep yang diciptakan Tuhan untuk mempertegas otoritasnya terhadap manusia..
Otoritas seperti apakah yang diinginkan Tuhan ???
oleh karena itu zat yang disebut Tuhan menciptakan konsep abstrak yang biasa disebut dosa..
jadi patutkah manusia takut pada dosa???
apa hidup seseorang hanya terbatas pada dosa dan pahala
benarkah semua itu ada..
bukankah semua yang diperbuat manusia adalah kebebasan dan tanggung jawab dari manusia itu sendiri,
dosa...sebenarnya apa yg dipikirkan Tuhan saat mencetuskannya
aku masih bertanya-tanya..

'Jika memang aku terlalu bodoh dan mendua
maafkan aku
bukankan itu yang menjadi pembeda antara aku dg Kw'

Ujung Aspal dan Rintihan Kecebong si Kodok Tua

Jalan itu bernama Ujung Aspal.
Dusun teduh dengan rimbunan pohon rambutan dan petak-petak sawah yang menyapa tentram ditiap paginya.
Tempat para bocah saling melempar canda dan kecebong-kecebong yang memulai orkestrnya di musim kawin bulan Desember.
Seingat si kecebong, dulu ia bebas bernyanyi sambil menghirup sejuknya kabut batas alam dengan bonus percikan embun yang menengger didaun kaca beling.
Dimasa itu, sang kecebong adalah aristokrat di hampir tiap petak sawah dan rawa Ujung Aspal.
Suara dentum orkestra si kecebong beserta sanak familiynya akan menggema diiringi ritme air hujan yang membasahi tanah merah. Tanah yang belok, tanpa aspal, tanpa sandal.

Kini, si kecebong itu telah menjelma menjadi kodok tua. Orkestranya tutup. Nyanyiannya tak lagi terdengar.
Suaranya tak berdaya beradu dengan deru pekik kendaraan bermotor. Si kodok tua tergusur.
Didesak pergi dari permainya kampung halaman.
Tak lagi ada keemasan padi dan wajah sinis si kerbau yang diejeki bocah-bocah dekiL. Bocah yang tubuhnya wangi aroma matahari.
Rawanya hilang berganti jejeran kontrakan.
Kulitnya mengkerut, tak kuasa lagi bersembunyi dari rekahan siang.
Dia berkeringat, ingin rasanya minggat.
Si kodok tua gusar dan nyasar.
Kini, si kodok tak lagi dapat bernyanyi setiap hari.
Suaranya mendem tergilas, tergerus, tererosi zaman.
Wajahnya murung dengan tatapan nanar.
Kini hanya ukulele dan rintik hujan di bulan yang tak lagi Desember yang bersedia temani rentahnya di Ujung Aspal.