Di akhir Maret, aku benar-benar merasa dangkal
Otak, elegy, serta seluruh elemen dalam duniaku terampas oleh kunang-kunang siang
Kuhabiskan 12 jam hanya untuk melihat kunang-kunang itu bercahaya ditepi terang
Padahal hanya kelamnya malam yang punya kuasa tuk nikmati neon-neon bersayap Andromeda itu
Inilah maret ku..yang penuh kelinglungan
26 Maret 2010
Mulai nyaman dengan detik-detik di ruang ini
Rasanya ingin kupeluk sepi sampai lusa tiba
Jika ‘bodoh’ itu berwujud
Mungkin wujudnya menyerupai aku disaat ini
Mengungkapkan tak semudah menulis
Jika yang ku tulis salah,
Masih bisa dihapus
Tetapi ketika yang kuungkapkan salah
Aku tak tau cara menghapusnya
Murung itu akrab denganku
Sampai-sampai dia tak rela
Ketika aku menemukan tawa
Aku tak dapat membaca
Hujan yang ciptakan kilatan disiang bolong
Mungkin karna itu
Ku juga tak dapat nikmati setiap tetes rintiknya
yang kata orang menyejukan hati
Sebenarnya untuk apa ada aku
dihari ini
untuk mengotak-atik emosi kah??
Atau untuk membuang waktu percuma
di pojok kota yg tak ku kenal??
Seperti ada yang bermain dengan gelisah
Semestinya aku lebih peka
Ketimbang menganyam ego dengan diri sendiri
Ajari aku cara bertanya ??
Beton-beton ini mulai muak
melihat ku disini
Caranya memandangku
memaksa pijakku beralih
kesiku lain dari bagiannya
Tapi aku terlalu bebal
sehingga masih tetap ingin merajuk kalah di tempat ini
Atau memang karna ku tak tau lagi kemana ku harus pergi?
Aku tidak akan mengemis
sekotak permen
Hanya demi segenggam harap
yang tlah terlewatkan
Takkan ada penjelasan
dari sebuah diam
Ketika pagi itu tak dapat
merebahkan kelamnya padaku
itu menjelaskan bahwa aku belum bisa
jadi mentari yang menghangatkannya
Belum mau menyerah pada sore..!!
Tak mau tau bukan berarti tak peduli
Aku hanya tidak ingin bermusuhan
dengan yang namanya privasi
Hanya mereka yang berpikir
yang tau kebenaran
Berhenti berharap pada keragu-raguan
Tak jua kujemput neon itu
bertengger di roda kayu
bilakah aku jadi malu
Kunang-kunang siang menjahili ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar