pada penghabisan November ini, dia nikmati gulali merah senja di langit kota tua Jakarta
dari kejauhan meenjulang duet Yoni dan Lingga yang menancap gagah di ruang tengahnya, samar-samar menyeringis sumbang dengan gigi emas yang jadi kebanggaannya
dia sapu seluruh derunya, coba akrabkan emosi dengan wajah-wajah bulan ini
semakin dia nikmati degradasinya, semakin peluhnya berjatuhan bak serdadu kalah perang
Huaaah..
kalutnya cakrawala tak juga dapat membendung hitamnya sang dewi siang..!!
kulitnya makin legam..
GERSANG..
segersang kepalan nasi dibungkusan tangan pengemis tua
HAUS..
sehaus bocah-bocah tepian rel pada seragam putih merah dan buku PR matematikanya
rupanya tlah cukup lama dia duduk termangu dalam kacamata malang di kemegahan kota ini
tak ada pilihan
tergilas virus penderitaan atau berteman kumuh sambil menikmati kejahilan Tuhan atau mungkin inikah ampas dari kerakusan para predator kapitalis
rupanya keluh itu payah.
sepayah gerobak pedagang kaki lima yang tersungkur renyah disepatu tuan berseragam kemunafikan
ada kerut binal menyeeringai dalam arogansi sesosok dia,seperti penyesalan yang menyoloti hilafnya meninggalkan permainya kampung halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar