replika

replika
it's my mind

Senin, 26 Juli 2010

ungkapan t o l o l

Darah berdesir senuansa dengan nafsu manusia
Tapi menangis takkan membuat aliran darahmu membeludak tenang
Tanya pada tepi-tepi jari mu
Orang suci itu bukannya tak ada tapi hanya tak mungkin menghampiri sebuah logika
Matilah manusia yang hanya hidup dengan logika konvensionalnya saja
Serapuh kecupan seorang ibu pada mayat anaknya yang terbujur membeku
Aku manusia yang paling pesimis dalam kehidupan
Lebih baik menyerah sebelum perang ketimbang harus mati dalam kekalahan
Aku tak menemukan duniaku dalam masa ini
Sepertinya aku sedang dipermainkan oleh waktu
Aku seperti kotoran yang tergeletak tanpa prinsip, hanya bisa mengikuti riak sungai dan terhanyut dalam tolol
Harus dimana kutemui kehidupanku yang nyata
Aku lelah hidup dalam awang- awang semu
Obsesiku hanyalah topeng dari ketakutan yang teramat sangat untuk menghadapi nyata
Kapankah aku bisa merobek topeng yang berat ini
Lelah bernegosiasi dengan teks kehidupan
Meliuk-liuk bak alunan piano Bethoven dalam symponi ketersiksaannya

Kunang Kunang Siang

Di akhir Maret, aku benar-benar merasa dangkal
Otak, elegy, serta seluruh elemen dalam duniaku terampas oleh kunang-kunang siang
Kuhabiskan 12 jam hanya untuk melihat kunang-kunang itu bercahaya ditepi terang
Padahal hanya kelamnya malam yang punya kuasa tuk nikmati neon-neon bersayap Andromeda itu
Inilah maret ku..yang penuh kelinglungan

26 Maret 2010
Mulai nyaman dengan detik-detik di ruang ini
Rasanya ingin kupeluk sepi sampai lusa tiba

Jika ‘bodoh’ itu berwujud
Mungkin wujudnya menyerupai aku disaat ini

Mengungkapkan tak semudah menulis
Jika yang ku tulis salah,
Masih bisa dihapus
Tetapi ketika yang kuungkapkan salah
Aku tak tau cara menghapusnya


Murung itu akrab denganku
Sampai-sampai dia tak rela
Ketika aku menemukan tawa

Aku tak dapat membaca
Hujan yang ciptakan kilatan disiang bolong
Mungkin karna itu
Ku juga tak dapat nikmati setiap tetes rintiknya
yang kata orang menyejukan hati

Sebenarnya untuk apa ada aku
dihari ini
untuk mengotak-atik emosi kah??
Atau untuk membuang waktu percuma
di pojok kota yg tak ku kenal??


Seperti ada yang bermain dengan gelisah
Semestinya aku lebih peka
Ketimbang menganyam ego dengan diri sendiri


Ajari aku cara bertanya ??
Beton-beton ini mulai muak
melihat ku disini
Caranya memandangku
memaksa pijakku beralih
kesiku lain dari bagiannya
Tapi aku terlalu bebal
sehingga masih tetap ingin merajuk kalah di tempat ini
Atau memang karna ku tak tau lagi kemana ku harus pergi?

Aku tidak akan mengemis
sekotak permen
Hanya demi segenggam harap
yang tlah terlewatkan

Takkan ada penjelasan
dari sebuah diam
Ketika pagi itu tak dapat
merebahkan kelamnya padaku
itu menjelaskan bahwa aku belum bisa
jadi mentari yang menghangatkannya

Belum mau menyerah pada sore..!!

Tak mau tau bukan berarti tak peduli
Aku hanya tidak ingin bermusuhan
dengan yang namanya privasi

Hanya mereka yang berpikir
yang tau kebenaran

Berhenti berharap pada keragu-raguan

Tak jua kujemput neon itu
bertengger di roda kayu
bilakah aku jadi malu
Kunang-kunang siang menjahili ku

Cintaku tak sehebat batang-batang kretekmu


Sore ini kita menguntai janji tuk saling melepas resah jiwa dalam dahaga rindu
Tetapi semua terhempas oleh kegalauan yang jadi ego mu dihari itu
Ego yang selalu menyudutkanku
Kulihat rona lelah penuh masalah dalam garis matamu
Rasanya ingin kuterobos gundah yang menjadi mendung dalam cerahmu
Ingin ku balut seluruh keluhmu
Membiarkan kau bersandar dalam dekap lenganku yang tak terlalu lapang
Tapi emosi menahan elegiku tuk bertarung dalam batas-batas tawar ini
Aku merasa marah, ketika tiba-tiba murammu menghampiri senyum sapa ku
Kau juga marah, ketika diamku tak menjawab beban-beban otakmu
Sore itu..ku tak melihat kau yang kukenal dulu
Kau duduk terdiam disudut palataran rumahku sambil menikmati batang-batang kretek yang menjadi tumpahan misterimu
Abunya terjatuh dan menertawakanku
Tertawa karena hanya dia yang dapat menembus resah jiwamu
Cintaku dikalahkan batang-batang kretek itu
Akankah kau selalu begitu
Menyimpan sesalmu dalam murung yang tak terjangkaukan
Aku lelah berdiri disampingmu yang itu
Bisakah ku minta KAU lelaki yang pertama kali kukenal dulu
Mungkin cintaku memang tak sehebat batang-batang kretekmu.

28 April 2010

surat untuk Oscarsandinov

tadi malam aku mengunjungi meja kerja yang jadi tumpahan kerasmu
kuselipkan garpu merah muda dalam amplop tirani yang tergeletak kaku mencemburuiku
ku rasa kau telah mengerti apa yang ingin ku sampaikan
klise saja..
tentang kemelut yang sering kita debatkan ditiap sorenya
mengenai urat saraf kita yang mulai menemui fatalnya
aku ingin kembali mengencanimu
menyusuri romansa kita yang sempat tercecer diremang kota Batavia
merasakan lagi gelitik senjata yang terkeker lembut tepat didahimu
mengacungkan parang kayu dan mengalahkan Gatot Kaca
Oscar...
aku ingin kau kembali melantur bersamaku
duduk berdua diarena sirkus sambil menjalankan pion-pion kecil kita
berkhayal menjadi Rama dan Dewi Sinta
aku ingin kita kembali bebas memburu seperti dulu
bukan seperti laba-laba yang terjebak jaring ibunya
namun ketika kau tetap acuh dan tak mau beranjak dari posisimu
relakan aku jadi racun bagimu saja..
yang mungkin melumpuhkamu dalam sakit kemudian melenyapkanmu dengan perlahannya..
Oscar...
mau kah kau kembali menganyam dunia bersamaku


"potongan isi dari sebuah cerita besar_ruangobsesi2010"

Juni yang kering

jika saja kau paham dengan intuisi ini

menyelam lah dalam riak ku
duduk bersama sambil meyeruput kecut kehidupan
awas jangan terlalu dalam..!!!
nanti bisa terkubur dalam nelangsanya
ekspresinya payau menggerumini keras
terpatri kelopak anggrek yang tak lagi bulan

mungkin inilah tanggal merah ku
ketika ku beri tanda dan dia menandai ku
sempat ku bertanya pada kaki meja yg jadi setir getir ini
dia hanya terdiam sambil sesekali mengayunkan lentera yg sedikit menjadi panah dlm hitam ini

sesaat ketika kau menoleh dan dia tlah lenyap
jgn marahi aku lagi
aku telah mengirimkan sedikit isyarat dalam keluh palsuku
berhenti menjadi dingin yang berkepanjangan
karna hanya akan kau jumpai ranting pohon dan kelaparan
seperti yang menjegatku di jalan ini....