Tak lagi ada cerita tentang biru, biru tlah lenyap tersapu kebisuan
Biru hanyalah sebentuk ilusi, ilusi yang ditempatkan terlalu dalam sehingga biru seakan dapat merona..
Biar ku lepas biru..!!
Selayang itu pula, takkan lagi ku biarkan ada jingga yang memudarkan seninnya dipelataran kampus tua,
jingga tlah melebur
bak toska2 kecil, mengintip dari balik punggung yg berlalu lalang..
Biar sang jinggapun terhapus
tersenyum dalam kesendirian
karna jingga takkan lagi membiru..
==slamat tinggal sang biru==
ruang obsesi merupakan dimensi dimana ruang dapat merefleksikan dunia konyolnya dimana abu tak selalu kelabu dan jingga tak selalu merona.. ruang ciptakan obsesi yang menepatkannya pada satu titik.. dimana pertanyaan menjadi jawab dan jawaban menjadi tanya.. jadilah pengikut ruang dan muntahkan semua obsesi-obsesimu
Minggu, 17 Januari 2010
Ruang Obsesi
mengisolasi rasanya dalam gelap
setiap wajah yg datang dia jauhkan dari terang
menafikan nyata dalam fantasi seorang lelaki
terseok berat langkahnya dlm lelah keramaian kota
menanti sang lelaki balas sekotak elegi yg tak sempat tersampaikan
sisa obsesi yg racuni kekerdilan arahnya
nyatanya bodoh itu begitu indah..
'antara ruang obsesi dan rasionalitasnya'
setiap wajah yg datang dia jauhkan dari terang
menafikan nyata dalam fantasi seorang lelaki
terseok berat langkahnya dlm lelah keramaian kota
menanti sang lelaki balas sekotak elegi yg tak sempat tersampaikan
sisa obsesi yg racuni kekerdilan arahnya
nyatanya bodoh itu begitu indah..
'antara ruang obsesi dan rasionalitasnya'
Pencarian Sang Monyet
Dy berharap dpt mengunyah nasi layak'a manusia, berhenti meloncat kala dy lelah
dan
memerintahkan buku2 jemari'a tuk membuka lembaran dunia...
Si monyet tak juga pandai tp dy tak selicik manusia,
si monyet trus meraba hidup , mengeja tiap bait roda nasib'a..
dy tak ingin slalu mengoyak2 kandang ketika dy lapar,
dy tak pernah blg kl dy suka pisang tp tak da pilihan, manusia2 tu blg 'si monyet suka pisang' nd terpaksalah dy makan pisang,
si monyet hrz ttp menari-nari bermerk 'sarimin' saat dy sakit..
Si monyet ingin pny byk kawand tp dy adl seekor monyet yg mayoritas tmn'a juga adl monyet,
si monyet ingin berbincang bhkan memaki manusia tp suara'a hny terdengar oleh kulit-kulit pisang nd kacang yg berserakan d'muka kandang'a..
terkadang ingin dy potong ekor'a nd dy tukar dg setandan rasionalitas
kala malam,si monyet mencabuti bulu2'a agar kulit'a mulus layak'a manusia yg dy lihat di televisi..
Semakin hari si monyet semakin arogan, si monyet ingin jadi sang Pemberani
dan
dg segala keterbatasan'a si monyet memutuskan tuk pergi mencari jawab atas tanya'a..
si monyet ingin bertemu Sang Pencipta dan bertanya 'Sang Pencipta mengapa aku terlahir jadi si monyet' tp tanya itu tak pernah tersampaikan
si monyet habiskan remaja dewasa'a tuk bergumul dg kepasifan..
dan
si monyet itu bernama 'aku'
dan
memerintahkan buku2 jemari'a tuk membuka lembaran dunia...
Si monyet tak juga pandai tp dy tak selicik manusia,
si monyet trus meraba hidup , mengeja tiap bait roda nasib'a..
dy tak ingin slalu mengoyak2 kandang ketika dy lapar,
dy tak pernah blg kl dy suka pisang tp tak da pilihan, manusia2 tu blg 'si monyet suka pisang' nd terpaksalah dy makan pisang,
si monyet hrz ttp menari-nari bermerk 'sarimin' saat dy sakit..
Si monyet ingin pny byk kawand tp dy adl seekor monyet yg mayoritas tmn'a juga adl monyet,
si monyet ingin berbincang bhkan memaki manusia tp suara'a hny terdengar oleh kulit-kulit pisang nd kacang yg berserakan d'muka kandang'a..
terkadang ingin dy potong ekor'a nd dy tukar dg setandan rasionalitas
kala malam,si monyet mencabuti bulu2'a agar kulit'a mulus layak'a manusia yg dy lihat di televisi..
Semakin hari si monyet semakin arogan, si monyet ingin jadi sang Pemberani
dan
dg segala keterbatasan'a si monyet memutuskan tuk pergi mencari jawab atas tanya'a..
si monyet ingin bertemu Sang Pencipta dan bertanya 'Sang Pencipta mengapa aku terlahir jadi si monyet' tp tanya itu tak pernah tersampaikan
si monyet habiskan remaja dewasa'a tuk bergumul dg kepasifan..
dan
si monyet itu bernama 'aku'
kanibalisme
Ga PUNYA DUIT..
NgeGEMBEL di kampus dan di jalan..
Biaya kuliah makin bikin KERE
foto copy tiap hari..
Nasi uduk ja mahal..
Jgn biarkan aku jadi SANTAPAN para predator kapitalis yg hidup dari memakan daging saudara'a sendiri..!!
NgeGEMBEL di kampus dan di jalan..
Biaya kuliah makin bikin KERE
foto copy tiap hari..
Nasi uduk ja mahal..
Jgn biarkan aku jadi SANTAPAN para predator kapitalis yg hidup dari memakan daging saudara'a sendiri..!!
PEJANTAN
terpaksa mengeja sudut lain kota ini ,
berdiri diatas tatap2 angkuh kemajemukan ,
lalu terseret frase dalam hilir petak2 ruang bersekat masiv ,
gemerlap kegelisahan mulai redap redupkan mekar tawanya..
Jangan robek gairahnya..!!
nyalakan lg bingar kreatifitasanya..!
Kan dy anyam kembali binar'a dlm balut kemandirian..
Hingga tersibak semak'a wahai pejantan..
berdiri diatas tatap2 angkuh kemajemukan ,
lalu terseret frase dalam hilir petak2 ruang bersekat masiv ,
gemerlap kegelisahan mulai redap redupkan mekar tawanya..
Jangan robek gairahnya..!!
nyalakan lg bingar kreatifitasanya..!
Kan dy anyam kembali binar'a dlm balut kemandirian..
Hingga tersibak semak'a wahai pejantan..
kamuflase
merunduk takut,membisu tak mau tau
terperangkap dlm lingkar setan keabstrakan,
diperah pasrah..!
ditelanjangi malah mengabdi..!?
Sungguh dilema yg berdramatisasi,
kau terlena simbolik kesempurnaan
kau terkonstruksi intimisme kaum urban
kau jamahi labirin intelektual demi tutupi degradasi moral,
kau mengangguk saat cepu'freeport diperas rampas,
kau bertopeng pilu kala kelaparan memusim ditanah Papua,
Untuk kau yg bertuan candu kemunafikan,tetaplah jadi hamba2 kapitalis yg hina dlm pembodohan,
dan merdekalah kau dibawah kaki nista rezim pembudakan..
terperangkap dlm lingkar setan keabstrakan,
diperah pasrah..!
ditelanjangi malah mengabdi..!?
Sungguh dilema yg berdramatisasi,
kau terlena simbolik kesempurnaan
kau terkonstruksi intimisme kaum urban
kau jamahi labirin intelektual demi tutupi degradasi moral,
kau mengangguk saat cepu'freeport diperas rampas,
kau bertopeng pilu kala kelaparan memusim ditanah Papua,
Untuk kau yg bertuan candu kemunafikan,tetaplah jadi hamba2 kapitalis yg hina dlm pembodohan,
dan merdekalah kau dibawah kaki nista rezim pembudakan..
Sore di lembah kemunafikan
sudah terlalu sore tuk mengeluh dimana kami berdiri di dimensi ini,
lihatkah sekitar?!
Inilah nyata..!!
lembah kemunafikan,
diantara topeng2 beretika,
aroma busuk tlah lama terendus mulus bak prengus
inikah nyata!?
Simpanlah bangga itu, bungkus dalam buai posisi mu, karna kami takkan iri..
tak usah ditutupi
tak jua perlu naskah promosi
karna merahmu tlah membiru
kami bukan pendengki, apalagi penggila birokrasi,
kembangkan reputasi mu
biarkan tersirat tajam dalam binar lekuk palsumu wahai para penghuni sore..
== dari balik kelas ==
lihatkah sekitar?!
Inilah nyata..!!
lembah kemunafikan,
diantara topeng2 beretika,
aroma busuk tlah lama terendus mulus bak prengus
inikah nyata!?
Simpanlah bangga itu, bungkus dalam buai posisi mu, karna kami takkan iri..
tak usah ditutupi
tak jua perlu naskah promosi
karna merahmu tlah membiru
kami bukan pendengki, apalagi penggila birokrasi,
kembangkan reputasi mu
biarkan tersirat tajam dalam binar lekuk palsumu wahai para penghuni sore..
== dari balik kelas ==
Kawan Muramku
Coba pejamkan mata ,
merajut ketiadaan
walau tlah terinjak tetap tersenyum tenang
sungguh pasrah yg sempurna..
Telah lama tertidur ,
enggan menatap kedepan
Lentera merah padam diujung pagi
nyaman berteman ketertinggalan..
Bangunlah kawan muram ku..!!
Rangkai kembali ruang obsesimu..
Biar mereka lihat seragam kusutmu..
Teriaklah.. hancurkan telinga bumi..
tuntaskan pelangimu..
merajut ketiadaan
walau tlah terinjak tetap tersenyum tenang
sungguh pasrah yg sempurna..
Telah lama tertidur ,
enggan menatap kedepan
Lentera merah padam diujung pagi
nyaman berteman ketertinggalan..
Bangunlah kawan muram ku..!!
Rangkai kembali ruang obsesimu..
Biar mereka lihat seragam kusutmu..
Teriaklah.. hancurkan telinga bumi..
tuntaskan pelangimu..
sekulit ari
Berlogika menuai luka
berdialektika meraih duka
dia.. tak mau tersingkir dan mendebu
dia.. tak juga ingin menyeringai jadi bangkai
walau terkotak-kotak dalam antagonisme kelas
biarpun terseret arus hedonisme
disini..!!
Perjudian ideologi trus menghantui
disini..!!
Semua menari indah bagai akrilik dalam kanvas realita
berdialektika meraih duka
dia.. tak mau tersingkir dan mendebu
dia.. tak juga ingin menyeringai jadi bangkai
walau terkotak-kotak dalam antagonisme kelas
biarpun terseret arus hedonisme
disini..!!
Perjudian ideologi trus menghantui
disini..!!
Semua menari indah bagai akrilik dalam kanvas realita
Dimensi Kertas
Lembar melebar
hitam putih bereaksi
melipat terlipat
membentuk dimensi berorasi
kertas-kertas bertebaran
mengancam lewat kelamnya malam
jika dibakar kami kan lawan
anginkan bawa abu kami pada corengan wajahmu..
asap kami memberi tanda
memanggil kebenaran asli tragedi
mungkin tak hari ini
namun
helaian kami tlah menjalar melaju dan berakar...
hitam putih bereaksi
melipat terlipat
membentuk dimensi berorasi
kertas-kertas bertebaran
mengancam lewat kelamnya malam
jika dibakar kami kan lawan
anginkan bawa abu kami pada corengan wajahmu..
asap kami memberi tanda
memanggil kebenaran asli tragedi
mungkin tak hari ini
namun
helaian kami tlah menjalar melaju dan berakar...
cadelisme
masih saja Desember..
ketika marah menjadi tak terarah
ketika senyum tak lagi teduhkan lapar
selalu Desember
kala qu pintal remang jadi petang
kala qu gali penat dalam sesat
merasa jadi Desember
tempat bermuara
bermuram durja
mengapa harus Desember
melepas memori dipojok erotisme ini
aku bukan pemikir
bukan juga melankolia
Desember qu tak begitu cemerlang
namun tak qu biarkan dia lekas menghilang..
ketika marah menjadi tak terarah
ketika senyum tak lagi teduhkan lapar
selalu Desember
kala qu pintal remang jadi petang
kala qu gali penat dalam sesat
merasa jadi Desember
tempat bermuara
bermuram durja
mengapa harus Desember
melepas memori dipojok erotisme ini
aku bukan pemikir
bukan juga melankolia
Desember qu tak begitu cemerlang
namun tak qu biarkan dia lekas menghilang..
yang Bodoh mulai bertanya
Dosa memilih manusia, menunjuk siapa yang pantas mereguk nikmatnya surga dan siapa yang lacur terbakar direkahan neraka..
sesungguhnya..apakah yang di sebut dengan dosa???
mengapa dosa seakan memiliki kuasa lebih yang dengan seenaknya dapat mengendalikan manusia..
dan mengapa manusia percaya pada sebuah konsep abstrak yang disebut dosa..
diruang ini semua memang terlihat bodoh dan dangkal, oleh karena itu ruang ini dipenuhi banyak pertanyaan yang siapa tahu ada yang bersedia tuk menjawab..
kembali pada dosa..dalam ruang ini,dosa dipahami sebagai suatu konsep yang diciptakan Tuhan untuk mempertegas otoritasnya terhadap manusia..
Otoritas seperti apakah yang diinginkan Tuhan ???
oleh karena itu zat yang disebut Tuhan menciptakan konsep abstrak yang biasa disebut dosa..
jadi patutkah manusia takut pada dosa???
apa hidup seseorang hanya terbatas pada dosa dan pahala
benarkah semua itu ada..
bukankah semua yang diperbuat manusia adalah kebebasan dan tanggung jawab dari manusia itu sendiri,
dosa...sebenarnya apa yg dipikirkan Tuhan saat mencetuskannya
aku masih bertanya-tanya..
'Jika memang aku terlalu bodoh dan mendua
maafkan aku
bukankan itu yang menjadi pembeda antara aku dg Kw'
sesungguhnya..apakah yang di sebut dengan dosa???
mengapa dosa seakan memiliki kuasa lebih yang dengan seenaknya dapat mengendalikan manusia..
dan mengapa manusia percaya pada sebuah konsep abstrak yang disebut dosa..
diruang ini semua memang terlihat bodoh dan dangkal, oleh karena itu ruang ini dipenuhi banyak pertanyaan yang siapa tahu ada yang bersedia tuk menjawab..
kembali pada dosa..dalam ruang ini,dosa dipahami sebagai suatu konsep yang diciptakan Tuhan untuk mempertegas otoritasnya terhadap manusia..
Otoritas seperti apakah yang diinginkan Tuhan ???
oleh karena itu zat yang disebut Tuhan menciptakan konsep abstrak yang biasa disebut dosa..
jadi patutkah manusia takut pada dosa???
apa hidup seseorang hanya terbatas pada dosa dan pahala
benarkah semua itu ada..
bukankah semua yang diperbuat manusia adalah kebebasan dan tanggung jawab dari manusia itu sendiri,
dosa...sebenarnya apa yg dipikirkan Tuhan saat mencetuskannya
aku masih bertanya-tanya..
'Jika memang aku terlalu bodoh dan mendua
maafkan aku
bukankan itu yang menjadi pembeda antara aku dg Kw'
Ujung Aspal dan Rintihan Kecebong si Kodok Tua
Jalan itu bernama Ujung Aspal.
Dusun teduh dengan rimbunan pohon rambutan dan petak-petak sawah yang menyapa tentram ditiap paginya.
Tempat para bocah saling melempar canda dan kecebong-kecebong yang memulai orkestrnya di musim kawin bulan Desember.
Seingat si kecebong, dulu ia bebas bernyanyi sambil menghirup sejuknya kabut batas alam dengan bonus percikan embun yang menengger didaun kaca beling.
Dimasa itu, sang kecebong adalah aristokrat di hampir tiap petak sawah dan rawa Ujung Aspal.
Suara dentum orkestra si kecebong beserta sanak familiynya akan menggema diiringi ritme air hujan yang membasahi tanah merah. Tanah yang belok, tanpa aspal, tanpa sandal.
Kini, si kecebong itu telah menjelma menjadi kodok tua. Orkestranya tutup. Nyanyiannya tak lagi terdengar.
Suaranya tak berdaya beradu dengan deru pekik kendaraan bermotor. Si kodok tua tergusur.
Didesak pergi dari permainya kampung halaman.
Tak lagi ada keemasan padi dan wajah sinis si kerbau yang diejeki bocah-bocah dekiL. Bocah yang tubuhnya wangi aroma matahari.
Rawanya hilang berganti jejeran kontrakan.
Kulitnya mengkerut, tak kuasa lagi bersembunyi dari rekahan siang.
Dia berkeringat, ingin rasanya minggat.
Si kodok tua gusar dan nyasar.
Kini, si kodok tak lagi dapat bernyanyi setiap hari.
Suaranya mendem tergilas, tergerus, tererosi zaman.
Wajahnya murung dengan tatapan nanar.
Kini hanya ukulele dan rintik hujan di bulan yang tak lagi Desember yang bersedia temani rentahnya di Ujung Aspal.
Dusun teduh dengan rimbunan pohon rambutan dan petak-petak sawah yang menyapa tentram ditiap paginya.
Tempat para bocah saling melempar canda dan kecebong-kecebong yang memulai orkestrnya di musim kawin bulan Desember.
Seingat si kecebong, dulu ia bebas bernyanyi sambil menghirup sejuknya kabut batas alam dengan bonus percikan embun yang menengger didaun kaca beling.
Dimasa itu, sang kecebong adalah aristokrat di hampir tiap petak sawah dan rawa Ujung Aspal.
Suara dentum orkestra si kecebong beserta sanak familiynya akan menggema diiringi ritme air hujan yang membasahi tanah merah. Tanah yang belok, tanpa aspal, tanpa sandal.
Kini, si kecebong itu telah menjelma menjadi kodok tua. Orkestranya tutup. Nyanyiannya tak lagi terdengar.
Suaranya tak berdaya beradu dengan deru pekik kendaraan bermotor. Si kodok tua tergusur.
Didesak pergi dari permainya kampung halaman.
Tak lagi ada keemasan padi dan wajah sinis si kerbau yang diejeki bocah-bocah dekiL. Bocah yang tubuhnya wangi aroma matahari.
Rawanya hilang berganti jejeran kontrakan.
Kulitnya mengkerut, tak kuasa lagi bersembunyi dari rekahan siang.
Dia berkeringat, ingin rasanya minggat.
Si kodok tua gusar dan nyasar.
Kini, si kodok tak lagi dapat bernyanyi setiap hari.
Suaranya mendem tergilas, tergerus, tererosi zaman.
Wajahnya murung dengan tatapan nanar.
Kini hanya ukulele dan rintik hujan di bulan yang tak lagi Desember yang bersedia temani rentahnya di Ujung Aspal.
Langganan:
Postingan (Atom)