Perempuan kurus itu namanya si calon guru. Cita-citanya menjadi guru. Guru seperti Bu Yati, Pak Nesan, atau Pak Karlan. Guru-guru kebanggaannya semasa di Sekolah Dasar. Guru-guru yang senasib dengan Oemar Bakri. Guru-guru yang merangkul seragam lusuh muridnya dengan senyum kasih sayang, bukan dengan gaji ketigabelas atau donasi orangtua murid. Guru yang rajin datang ke sekolah karena takut muridnya tidak lancar membaca, bukan karena takut gajinya dipotong. Guru yang dengan sabar menjelaskan materi yang tak dimengerti muridnya, bukannya dengan remedial. Demi cita-cita naïf itulah, Si calon guru kuliah 4 tahun mengenyam gelar Sarjana Pendidikan. Waktu tak terasa berlalu cepat. Gelar sarjana sudah ditangan. Mengajar kemana saja kini menjadi legal. Tapi mimpinya hampir berubah jadi abu. Melebur dan lenyap bersama cambukan zaman. 6 bulan masa percobaan mengajarnya, membuat dia bengong penuh keheranan.
Ternyata sekarang, sekolah lebih mirip pasar. Pasang harga biar terlihat mahal. Semakin internasional, semakin menjual. Guru-guru dipekerjakan. Dibantahi murid harus diam. Terbuai tunjangan dan komputer jinjing yang dijanjikan. Kerah-kerah safari mulai canggung, tidak lagi ada keringat pak guru yang diserapnya. Dinding teriplek berubah beton. Ruang kelas panas tiba-tiba kedinginan. Poster Cut Nyak Dien dan Pangeran Diponegoro dimuseumkan, diganti kalimat asing bertuliskan “don’t disturb”. Seragam-seragam lusuh dilipat lalu dipinggirkan, berganti seragam bersih dengan minyak wangi merk luar. Parkiran sekolah terlihat padat, dipenuhi antar jemput roda empat. Supir-supir membaca koran sambil menunggu tuannya pulang sekolah.
“untuk mengajar para borjuis inikah gelar spd saya, sepertinya mereka tidak benar-benar butuh sosok pengajar ?” gumam si calon guru dalam hati. Guru menjilat dan murid membentak, sudah biasa. Si calon guru kecewa, murid-murid miskin hilang entah kemana? yang ada hanyalah remaja elit yang orangtuanya sanggup membayar juta-juta. Murid-murid dekil dilarang sekolah. Sekolah swasta murah atau putus sekolah pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar