replika

replika
it's my mind

Selasa, 20 April 2010

PEREMPUAN

Panggil kami perempuan
Kami tak butuh celotehmu yang itu
Omongan gombal dari bau mulut busukmu
Telinga kami sudah kebal
s.u.d.a.h k.e.b.a.l
berhenti menatap kami dengan cibir pelacur
kami bukan boneka yang siap di setting dan diperintah
kalian semua sama
sama palsunya
menganggap kami sebagai barang dagangan dari etalase eksploitasi
jangan papah kami
kami bisa tegar berdiri di rimbunan penindasan yang kalian ciptakan
kan kami tunjukkan keibuan kami
sisi istimewa yang buat kami seribu kali lebih kuat ketimbang ruas-ruas otot patriarkimu
sebut kami perempuan
p.e.r.e.m.p.u.a.n
bukan mahkluk kelas dua ataupun budak produk kecantikan
kami berpikir
kami hidup
dan kami masih ada
lihat kami disini
meletakkan kembali hak serta kehormatan kami pada posisi semestinya

catatan kecil

Pikir ini tiba-tiba saja berserakan tak bertuan.
Seakan ingin bertanya pada aku yg satunya lagi..
Aku yg mungkin manusia
aku yg mungkin bertuhan
aku yg mungkin seorang anak
aku yg mungkin punya rasa dan logika
aku yg mungkin lebih realistis daripada aku yang saat ini tersudut disiku imaginatif kehidupan..
Sebenarnya untuk apa aku ada disini??
Untuk memenuhi hasrat-hasrat mereka kah?? atau sekedar menunggu kematian??? Aku benci kenyataan karena aku seperti robot didalamnya..
Aku ingin hidup dalam duniaku sendiri.. Dunia tolol yang hanya membuatku semakin terbuai dalam realita semu yang kuciptakan sendiri..
Mungkin aku ingin lari dari nyata
mungkin akulah sang pengecut
dan mungkin itulah aku..
Akulah sang pembosan
bosan dengan kenyataan yang memuakan..
Muak dengan tokoh-tokoh didalamnya yang ingin ku cekiki satu per satu...mungkin termasuk aku..haahaha
sudahlah..
Ini hanya catatan kecil dari otak fiktif seorang pembual besar...

"common sense"

pada penghabisan November ini, dia nikmati gulali merah senja di langit kota tua Jakarta
dari kejauhan meenjulang duet Yoni dan Lingga yang menancap gagah di ruang tengahnya, samar-samar menyeringis sumbang dengan gigi emas yang jadi kebanggaannya
dia sapu seluruh derunya, coba akrabkan emosi dengan wajah-wajah bulan ini
semakin dia nikmati degradasinya, semakin peluhnya berjatuhan bak serdadu kalah perang
Huaaah..
kalutnya cakrawala tak juga dapat membendung hitamnya sang dewi siang..!!
kulitnya makin legam..
GERSANG..
segersang kepalan nasi dibungkusan tangan pengemis tua
HAUS..
sehaus bocah-bocah tepian rel pada seragam putih merah dan buku PR matematikanya
rupanya tlah cukup lama dia duduk termangu dalam kacamata malang di kemegahan kota ini
tak ada pilihan
tergilas virus penderitaan atau berteman kumuh sambil menikmati kejahilan Tuhan atau mungkin inikah ampas dari kerakusan para predator kapitalis
rupanya keluh itu payah.
sepayah gerobak pedagang kaki lima yang tersungkur renyah disepatu tuan berseragam kemunafikan
ada kerut binal menyeeringai dalam arogansi sesosok dia,seperti penyesalan yang menyoloti hilafnya meninggalkan permainya kampung halaman

Ketika semua ingin ada yang salah

Ketika tak paham tapi ikut mengimani,

ketika lidah-lidah mulai belajar memfitnah,

ketika fakta ditukar nd diputar,

ketika titik itu menimpamu..

Apakah diam jawabannya???

ketika perlawanan dinilai tak pantas,

ketika mediasi dikatakan kekerasan,

ketika keadialan menuntut prinsipmu digadaikan

ya. .kurasa kalian memang ingin aku diam..

diam lalu tertindas, kemudian mati dlm kepura-puraan

dan ketika tekanan itu datang membrondongmu dg segala loyalitas khas cerita pewayangan..

masihkan Aku harus diam..??!!

_delita'10_